Wanita Selingkuh, Dasar Jalang! Pria Selingkuh, Wajar Dia Playboy!
Wanita Selingkuh, Dasar Jalang! Pria Selingkuh, Wajar Dia Playboy! – Disadari atau tidak – banyak kasus perselingkuhan yang kita di lihat di sosial media, cenderung menyalahkan pihak perempuan. Mereka dihujat habis-habisan oleh warganet.
Cek saja kolom komentar akun Instagram salah satu pelakor yang Anda tahu. Sementara si pria relatif sepi dari hujatan. Padahal, bukankah perselingkuhan merupakan hasil hubungan kedua belah pihak?
Dalam kasus perselingkuhan, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja. Karena perselingkuhan butuh komitmen kedua belah pihak. Karena dalam hukum interaksi terdapat istilah ‘ada aksi, ada reaksi’ kan?
Wanita Selingkuh, Dasar Jalang! Pria Selingkuh, Wajar Dia Playboy!
Perselingkuhan tidak bakal terjadi kalau tidak orang ada yang mulai cari perhatian dan menerima perhatian. Setuju? Komitmen kedua belah pihak itu pun berlaku kalau ingin hubungan bertahan.
Pasangan yang biasanya bisa meneruskan hubungannya setelah perselingkuhan atau berhasil menghindari perselingkuhan ialah mereka yang menyadari, mereka bisa kehilangan sesuatu yang amat berharga.
Para pasangan sadar betul bahwa pernikahan bukan sesuatu yang abadi dan bisa berakhir kapan saja bila tidak dijaga dengan baik. Dengan kata lain, Anda juga bisa menyimpulkan bahwa perselingkuhan bisa muncul karena kemauan kedua belah pihak.
Jadi yang perlu disalahkan – bila Anda setuju dengan penjelasan saya ini – ialah kedua belah pihak. Adapun kondisi itu tak terlepas karena faktor kontruksi sosial yang ada di Indonesia. Kita memiliki budaya patriarki yang kuat. Dalam budaya ini terbagi dua kelompok gender, yaitu laki-laki dan perempuan.
Pria diajarkan bersifat maskulin, kuat, tangguh, jantan, perkasa, dan mandiri. Karena peran yang bakal mereka sandang ialah pemimpin keluarga. Sementara wanita diharuskan bersifat halus, penyabar, penyayang, keibuan, lemah lembut, penurut dan hal yang mencerminkan istri baik (yang melayani suami).
Nah saat perempuan tidak dalam konstruksi tersebut, maka dia akan dilabeli ‘jalang’. Sedangkan pria yang tidak sesuai dengan norma sosialnya disebut banci. Masyarakat masih menaruh toleransi pada pria bila selingkuh atau gonta-ganti pasangan.
Hingga di masyarakat muncul istilah ‘playboy.’ Dan wanita tidak punya ruang tersebut, yang kalau dilakukan menjadi ‘dosa hubungan’ yang berat. Sulit untuk dimaafkan. Padahal, seperti yang Anda sudah tahu, selingkuh bukanlah hubungan satu arah, tapi dua arah.
Dan kalau ditanya siapa yang salah, ialah orang yang ada didalamnya. Jangan perempuannya saja yang disalahkan. Mengapa begitu? Karena perempuan yang selingkuh tidak sesuai dengan konstruksi sifat dan peran gender yang ada dalam budaya patriarki.
Saya bicara begini bukan berarti mendukung perselingkuhan. Cuma saya melihat ada ketidakadilan dari setiap drama perselingkuhan yang saya temukan di media sosial atau dalam kehidupan masyarakat.
Baik demikian, Itulah yang bisa saya sampaikan, dan bagi Anda yang ingin mendapatkan bimbingan dari saya dalam menghadapi masalah perselingkuhan dalam rumah tangga, Anda bisa hubungi saya di 0811 277 0909